Jumat, 14 Januari 2011

FALSE ECONOMY = TIWUL ECONOMY = POOR PEOPLE

Indonesia sebagai negara agraris, perekonomiannya semestinya memiliki ketahanan pangan sehingga tidak mudah goyah hanya karena gara- gara cabe merah. Apalagi sebagai negara besar yang berpendduduk 230 juta jiwa, juga seharusnya sektor pertanian penghasil pangan menjadi prioritas paling utama , jangan sampai seperti sekarang harga pangan di p-asar internasional melonjak kita kelimpungan. Padahalsebagai negara agraris kita lah yang mestinya panen besar memperoleh keuntungan.Produksi pangan kita semakin lama tidak bisa diandalkan mengejar kebutuhan penduduk yang terus bertambah.
Kita ambil contoh jepang negara yang tak punya daya dukung sumber daya alam , lahan pertanian, iklim, mereka berusaha keras membudi dayakan setiap jenis tanaman pangan. Berusaha melakukan inovasi, rekayasa teknologi untuk menghasilkan pangan yang lebih baik. Pemerintahannya tidak mau main main soal pangan. Itu di jepang.

Bagaimana dengan indonesia ? menyedihkan karena masih ada keluarga yang tidak mampu membeli beras, hingga makan tiwul bahan makanan dari parutan ketela pohon sebagai pengganti nasi, beracun lagi sehingga enam nyawa melayang. Kemiskinan masih ada diseantero bumi jagat indonesia. Pemimpinnya ngapain aja ?..

Senin, 03 Januari 2011

KEPEMIPINAN YANG TER BELENGGU

Kriteria seorang pemimpin pemerintahan harus mengikuti kehendak rakyat banyak yang maunya bisa hidup sejatera terlepas dari jerat kemiskinan.Selain itu seorang pemimpin juga harus memiliki keberanian yaitu berani untuk tidak terbelenggu pada motif- motif politik sempit dan elit politik maupun privat; berani menanggung resiko membela kepentingan strategis bangsa ( rakyat banyak ). Kebewranian ini penting agar sang pemimpin fokus pada kebijakan yang berorientasi kesejahteraan rakyat.
SBY dan Budiono memiliki potensi politik yang kuat ketike memenangkan pilpres pada satu putaran disertai kemenangan partai demokrat sebagai partai pengusung pada pemilu legislatif 2009, ini adalah bentuk kemenangan yang solid. Ditambah lagi terbentuknya koalisi partai pemerintah. Dengan demikian cukup besar potensinya  untuk mencapai tujuan membangun kelembagaan eksekutip yang kuat dan stabil.
Sekarang kenapa yang terjadi ternyata kebalikan dari arus kuat itu ( anti klimaks ), skandal century hanya berahir pada kompromi politik di internal koalisi pemerintah dengan membentuk setgab.

Bercermin pada peristiwa politik di tahun 2010 adalah tahun bencana politik bagi kita semua, ketika sang kepala negara bertubi tubi terbelenggu kepentingan elit politik serta tak mampu bertindak mengawal kepentingan bersama warga bangsa. Sang pemimpin terbelenggu dalam konteks hubungan kelembagaan.